WEB BLOG
this site the web

PARTISIPASI BUDAYA POLITIK

Scribd
Upload a Document
Explore
Tri_11x6
Documents

* Books - Fiction
* Books - Non-fiction
* Health & Medicine
* Brochures/Catalogs
* Government Docs
* How-To Guides/Manuals
* Magazines/Newspapers
* Recipes/Menus
* School Work
* + all categories
*
* Featured
* Recent

People

* Authors
* Students
* Researchers
* Publishers
* Government & Nonprofits
* Businesses
* Musicians
* Artists & Designers
* Teachers
* + all categories
*
* Most Followed
* Popular

* Sign Up
* |
* Log In


1
First Page
Previous Page
Next Page
/ 25
Zoom Out
Zoom In
Fullscreen
Exit Fullscreen
Select View Mode
View Mode
BookSlideshowScroll
Readcast
Add a Comment
Embed & Share
Reading should be social! Post a message on your social networks to let others know what you're reading. Select the sites below and start sharing.
Readcast this DocumentTransparent
Login to Add a Comment
Share & Embed
Add to Collections
Download this Document for Free
Auto-hide: on
Quantcast
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan tugas ini dapat diselesaikan.
Tugas ini disusun untuk diajukan sebagai tugas mata pelajaran pkn kls 2
semester ganjil.
Terima kasih disampaikan kepada Bpk/Ibu guru pembimbing yang telah
membimbing dan memberikan pelajaran demi lancarnya tugas ini.
Demikianlah tugas ini disusun semoga bermanfaat, agar dapat memenuhi
tugas mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
Kuta selatan, 07 agustus 2009
Penyusun

Fiki firmansyah…….8 Fadil arialdi………...7 Eka julianto………...5 Eka pradana………...6
1
DAFTAR ISI
1.Pendahuluan………………………………………………...
3
2.pentingnya sosialisasi politik dalam pengembangan budaya

politik………………………………………………………..4
a. pengertian sosialisasi politik………………...………...4
b. metode sosialisasi politik……………………………...5
c. sarana sosialisasi politik……………………………….7
d. peranan partai politik dalam sosialisasi budaya politik .9
3.Peran serta budaya politik partisipan………………………17
a. penyebab timbulnya gerakan kea rah partisipasi politik

……………...………………………………………...18
b. jenis – jenis partisipasi politik…..……………………19
c. budaya politik partisipan……………………………..23
4. Daftar pustaka………………………………………………242
PENDAHULUAN

Kehidupan manusia di dalam masyarakat, memiliki peranan penting dalam sistem politik suatu negara. Manusia dalam kedudukannya sebagai makhluk sosial, senantiasa akan berinteraksi dengan manusia lain dalam upaya mewujudkan kebutuhan hidupnya. Kebutuhan hidup manusia tidak cukup yang bersifat dasar, seperti makan, minum, biologis, pakaian dan papan (rumah). Lebih dari itu, juga mencakup kebutuhan akan pengakuan eksistensi diri dan penghargaan dari orang lain dalam bentuk pujian, pemberian upah kerja, status sebagai anggota masyarakat, anggota suatu partai politik tertentu dan sebagainya.

Setiap warga negara, dalam kesehariannya hampir selalu bersentuhan dengan aspek-aspek politik praktis baik yang bersimbol maupun tidak. Dalam proses pelaksanaannya dapat terjadi secara langsung atau tidak langsung dengan praktik-praktik politik. Jika secara tidak langsung, hal ini sebatas mendengar informasi, atau berita-berita tentang peristiwa politik yang terjadi. Dan jika seraca langsung, berarti orang tersebut terlibat dalam peristiwa politik tertentu.

Kehidupan politik yang merupakan bagian dari keseharian dalam interaksi antar warga negara dengan pemerintah, dan institusi- institusi di luar pemerintah (non-formal), telah menghasilkan dan membentuk variasi pendapat, pandangan dan pengetahuan tentang praktik-praktik perilaku politik dalam semua sistem politik. Oleh karena itu, seringkali kita bisa melihat dan mengukur pengetahuan- pengetahuan, perasaan dan sikap warga negara terhadap negaranya, pemerintahnya, pemimpim politik dan lai-lain.

Budaya politik, merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat dengan ciri-ciri yang lebih khas. Istilah budaya politik meliputi masalah legitimasi, pengaturan kekuasaan, proses pembuatan kebijakan pemerintah, kegiatan partai-partai politik, perilaku aparat negara, serta gejolak masyarakat terhadap kekuasaan yang memerintah.

Kegiatan politik juga memasuki dunia keagamaan, kegiatan ekonomi dan sosial, kehidupan pribadi dan sosial secara luas. Dengan demikian, budaya politik langsung mempengaruhi kehidupan politik dan menentukan keputusan nasional yang menyangkut pola pengalokasian sumber-sumber masyarakat.
3
A. PENTINGNYA SOSIALISASI POLITIK DALAM
PENGEMBANGAN BUDAYA POLITIK
1. PENGERTIAN SOSIALISASI POLITIK

Sosialisasi politik adalah cara-cara belajar seseorang terhadap pola-pola
sosial yang berkaitan dengan posisi-posisi kemasyarakatan seperti yang diketengahkan
melalui bermacam-macam badan masyarakat.
Almond dan Powell, sosialisasi politik sebagai proses dengan mana sikap-sikap dan
nilai-nilai politik ditanamkan kepada anak-anak sampai metreka dewasa dan orang-
orang dewasa direkrut ke dalam peranan-peranan tertentu.
Greenstein dalam karyanya "International Encyolopedia of The Social Sciences" 2
definisi sosialisasi politik:

a. Definisi sempit, sosialisasi politik adalah penanaman informasi politik yang
disengaja, nilai-nilai dan praktek-praktek yang oleh badan-badan instruksional secara
formal ditugaskan untuk tanggung jawab ini.

b. Definisi luas, sosialisasi politik merupakan semua usaha mempelajari politik baik
formal maupun informal, disengaja ataupun terencana pada setiap tahap siklus
kehidupan dan termasuk didalamnya tidak hanya secara eksplisit masalah belajar politik
tetapi juga secara nominal belajat bersikap non politik mengenai karakteristik-
karakteristik kepribadian yang bersangkutan.
Easton dan Denuis, sosialisasi politik yaitu suatu proses perkembangan seseorang untuk
mendapatkan orientasi-orientasi politik dan pola-pola tingkah lakunya.
Almond, sosialisasi politik adalah proses-proses pembentukan sikap-sikap politik dan
pola-pola tingkah laku.
Proses sosialisasi dilakukan melalui berbagai tahap sejak dari awal masa kanak-kanak
sampai pada tingkat yang paling tinggi dalam usia dewasa. Sosialisasi beroperasi pada 2
tingkat:

a. Tingkat Komunitas
Sosialisasi dipahami sebagai proses pewarisan kebudayaan, yaitu suatu sarana bagi
suatu generasi untuk mewariskan nilai-nilai, sikap-sikap dan keyakinan-keyakinan
politik kepada generasi berikutnya.
4

b.Tingkat Individual Proses sosialisasi politik dapat dipahami sebagai proses warga
suatu Negara membentuk pandangan-pandangan politik mereka.
Dalam konsep Freud, individu dilihat sebagai objek sosilaisasi yang pasif sedangkan
Mead memandang individu sebagai aktor yang aktif, sehingga proses sosialisasi politik
merupakan proses yang beraspek ganda. Di satu pihak, ia merupakan suatu proses
tertutupnya pilihan-pilihan perilaku, artinya sejumlah kemungkinan terbuka yang sangat
luas ketika seorang anak lahir menjadi semakin sempit sepanjang proses sosialisasi. Di
lain pihak, proses sosialisasi bukan hanya merupakan proses penekanan
2. METODE SOSIALISASI POLITIK ( oleh Rush dan Althoff)
1. Imitasi

Peniruan terhadap tingkah laku individu-individu lain. Imitasi penting dalam
sosialisasi masa kanak-kanak. Pada remaja dan dewasa, imitasi lebih
banyakbercampur dengan kedua mekanisme lainnya, sehingga satu derajat
peniruannya terdapat pula pada instruksi mupun motivasi.
2. Instruksi
Peristiwa penjelasan diri seseornag dengan sengaja dapat ditempatkan dalam

suatu situasi yang intruktif sifatnya.
3. Motivasi
Sebagaimana dijelaskan Le Vine merupakan tingkah laku yang tepat yang cocok
yang dipelajari melalui proses coba-coba dan gagal (trial and error).

Jika imitasi dan instruksi merupakan tipe khusus dari pengalaman, sementara
motivasi lebih banyak diidentifikasikan dengan pengalaman pada umumnya.
Sosialisasi politik yang selanjutnya akan mempengaruhi pembentukan jati diri
politik pada seseorang dapat terjadi melalui cara langsung dan tidak langsung.
Proses tidak langsung meliputi berbagai bentuk proses sosialisasi yang pada
dasarnya tidak bersifat politik tetapi dikemudian hari berpengatuh terhadap
pembentukan jati diri atau kepribadian politik. Sosialisasi politik lnagsung
menunjuk pada proses-proses pengoperan atau pembnetukan orientasi-orientasi
yang di dalam bentuk dan isinya bersifat politik.

Proses sosialisasi politik tidak langsung meliputi metode belajar berikut:
1. Pengoperasian Interpersonal
Mengasumsikan bahwa anak mengalami proses sosialisasi politik secara
eksplisitdalam keadaan sudah memiliki sejumlah pengalaman dalam hubungna-
hubungan dan pemuasan-pemuasan interpersonal.
2. Magang
5

Metode belajat magang ini terjadi katrna perilau dan pengalaman-pengalaman
yang diperoleh di dalam situasi-situasi non politik memberikan keahlian-keahlian
dan nilai-nilai yang pada saatnya dipergunakan secara khusus di dalam konteks
yang lebih bersifat politik.
3. Generalisasi
Terjadi karena nilai-nilai social diperlakukan bagi bjek-objek politik yang lebih

spesifik dan dengan demikian membentuk sikap-sikap politik terentu.
Proses sosialisasi langsung terjadi melalui:
1) Imitasi
Merupakan mode sosiaisasi yang paling ekstensif dan banyak dialami anak
sepanjang perjalanan hidup mereka. Imitasi dapat dilakukan secara sadar dan
secara tidak sadar.
2) Sosialisasi Politik Antisipatoris

Dilakukan untuk mengantisipasi peranan-peranan politik yang diinginkan atau
akan diemban oleh actor. Orang yang berharap suatu ketika menjalani pekerjaan-
pekerjaan professional atau posisi social yang tinggi biasanya sejak dini sudah
mulai mengoper nilai-nilai dan pola-pola perilaku yang berkaitan dengan peranan-
peranan tersebut.
3) Pendidikan Politik

Inisiatif mengoper orientasi-orientasi politik dilakukan oleh “socialiers” daripada
oleh individu yang disosialisasi. Pendidikan politik dapat dilakukan di keluarga,
sekolah, lembaga-lembaga politik atau pemerintah dan berbagai kelompok dan
organisasi yang tidak terhitung jumlahnya. Pendidikan politik sangat penting bagi
kelestarian suatu system politik. Di satu pihak, warga Negara memerukan
informasi minimaltentang hak-hak dan kewajiban yang mereka mliki untuk dapat
memasuki arena kehidupan politik. Di lain pihak, warga Negara juga harus
memperoleh pengetahuan mengenai seberapa jauh hak-hak mereka telah dipenuhi
oleh pemerintah dan jika hal ini terjadi, stabilitas politik pemerintahan dapat
terpelihara.
4) Pengalaman Politik

Kebanyakan dari apa yang oleh seseorang diketahui dan diyakini sebagai politik
pada kenyataannya berasal dari pengamatan-pengamatan dan pengalamn-
pengalamannya didalam proses politik.
6
3. SARANA SOSIALISASI POLITIK
1. Keluarga

Merupakan agen sosialisasi pertama yang dialami seseorang. Keluarga
memiliki pengaruh besar terhadap anggota-anggotanya. Pengaruh yang paling
jelas adalah dalam hal pembentukan sikap terhadap wewenang kekuasaan. Bagi
anak, keputusan bersama yang dibuat di keluarga bersifat otoritatif, dalam arti
keengganan untuk mematuhinya dapat mendatangkan hukuman. Pengalaman
berpartisipasi dalam pembuatan keputusan keluarga dapat meningkatkan perasaan
kompetensi politik si anak, memberikannya kecakapan-kecakapan untuk
melakukan interaksi politik dan membuatnya lebih mungkin berpartisipasi secara
aktif dalam sistem politik sesudah dewasa.
2. Sekolah

Sekolah memainkan peran sebagai agen sosialisasi politik melalui
kurikulum pengajaran formal, beraneka ragam kegiatan ritual sekolah dan
kegiatan-kegiatan guru.
Sekolah melalui kurikulumnya memberikan pandangan-pandangan yang kongkrit
tentang lembaga-lembaga politik dan hubungan-hubungan politik. Ia juga dapat
memegang peran penting dalam pembentukan sikap terhadap aturan permainan
politik yang tak tertulis. Sekolah pun dapat mempertebal kesetiaan terhadap
system politik dan memberikan symbol-simbol umum untuk menunjukkan
tanggapan yang ekspresif terhadap system tersebut.
Peranan sekolah dalam mewariskan nilai-nilai politik tidak hanya terjadi melalui
kurikulum sekolah. Sosialisasi juga dilakukan sekolah melalui berbagai upacara
yang diselenggarakan di kelas maupun di luar kelas dan berbagai kegiatan ekstra
yang diselenggarakan oleh OSIS.
3. Kelompok Pertemanan (Pergaulan)

Kelompok pertemanan mulai mengambil penting dalam proses sosialisasi
politik selama masa remaja dan berlangsung terus sepanjang usia dewasa. Takott
Parson menyatakan kelompok pertemanan tumbuh menjadi agen sosialisasi politik
yang sangat penting pada masa anak-anak berada di sekolah menengah atas.
Selama periode ini, orang tua dan guru-guru sekolah sebagai figur otoritas
pemberi transmitter proses belajar sosial, kehilangan pengaruhnya. Sebaliknya
peranan kelompok-kelompok klik, gang-gang remaja dan kelompok-kelompok
7

remaja yang lain menjadi semakin penting. Pengaruh sosialisasi yang penting dari
kelompok pertemanan bersumber di dalam factor-faktor yang membuat peranan
keluarga menjadi sangat penting dalam sosialisasi politik yaitu:
a. Akses yang sangat ekstensif dari kelompok-kelompok pertemanan terhadap
anggota mereka.

b. Hubungan-hubungan pribadi yang secara emosional berkembang di dalamnya.
Kelompok pertemanan mempengaruhi pembentukan orientasi politik individu
melalui beberapa cara yaitu:

a. Kelompok pertemanan adalah sumber sangat penting dari informasi dan sikap- sikpa tentang dunia social dan politik. Kelompok pertemanan berfungsi sebagai “communication channels”.

b. Kelompok pertemanan merupakn agen sosialisasi politik sangat penting karena
ia melengkapi anggota-anggotanya dengan konsepsi politik yang lebih khusus
tentang dunia politik.

c. Mensosialisasi individu dengan memotivasi atau menekan mereka untuk
menyesuaikan diri dengan sikap-sikap dan perilaku yang diterima oleh kelompok.
Di satu pihak, kelompok pertemanan menekan individu untuk menerima orientasi-
orientasi dan perilaku tertentu dengna cara mengancam memberikan hukuman
kepada mereka yang melakukan penyimpangan terhadap norma-norma keluarga,
seperti melecehkan atau tidak menaruh perhatian kepad amereka yang
menyimpang.
4. Pekerjaan

Organisasi-organisasi formal maupun non formal yang dibentuk
berdasarkan lingkungan pekerjaan, seperti serikat buruh, klub social dan yang
sejenisnya merupakan saluran komunikasi informasi dan keyakinan yang jelas.
5. Media Massa

Media massa seperti surat kabar, radio, majalah, televise dan internet
memegang peran penting dalam menularkan sikap-sikap dan nilai-nilai modern
kepada bangsa-bangsa baru merdeka. Selain memberikan infoprmasi tentang
informasi-informasi politik, media massa juga menyampaika nilai-nili utama yang
dianut oleh masyarakatnya.
6. Kontak-kontak Politik Langsung

Tidak peduli betapa positifnya pandangan terhadap system poltik yang telah
ditanamkan oleh eluarga atau sekolah, tetapi bila seseorang diabaikan oleh
partainya, ditipu oleh polisi, kelaparan tanpa ditolong, mengalami etidakadilan,
8
atau teraniaya oleh militer, maka pandangan terhadap dunia politik sangat
mungkin berubah.
4. PERANAN PARTAI POLITIK DALAM SOSIALISASI
BUDAYA POLITIK
A. PENGERTIAN PARTAI POLITIK
Di bawah mi disampaikan beberapa definisi mengenai partai politik:
Carl J. Fredirch, mendefinisikan partai politik adalah:

“Sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil dengan tujuan merebut
atau mempertahankan pengawasan terhadap pemerintah bagi pimpinan partainya
dan berdasarkan pengawasan mi memberikan kepada anggota partainya
kemanfaatan yang bersifat ideal maupun material” (a political party is a group of
human beings stability organized with the objective of giving to members of the
party, trough such control ideal and material benefits and advantages.
Raymond Garfield Gettel memberi batasan bahwa:

“Partai politik terdiri dan sekelompok warga negara yang sedikit banyak
terorganisir, yang bertindak sebagai suatu kesatuan politik dan yang dengan
memakai kekuasaan memilih bertujuan mengawasi pemerintahan dan
melaksanakan kebijakan umum mereka” (a political party of a group of citizens,
more or less organized who act s political unit and who, by the use of their voting
power and to control the government and carry out their general polingles.
Menurut George B Huszr dan Thomas H. Stevenson, partai politik adalah:

“Sekelompok orang-orang yang terorganisir untuk ikut serta
mengendalikan pemerintahan, agar dapat melaksanakan programnya dalam
jabatan” (a political party is a group at people organized to sucure control ‘f
government morder to puts program in to effect and it member in offce).”
Sigmund Neumann dalam karangannya “Modern Political Parties” bahwa definisi
partai adalah:

“Organisasi dan aktivitas-aktivitas politik yang berusaha untuk menguasai
pemerintahan serta merebut dukungan rakyat atas dasar persaingan dengan satu
golongan atau golongan-golongan lain yang mempunyai pandangan yang
berbeda” (a political party terniiculate organization of society as active political
9

agent those who are conserned with the control of the governmental power and who compete for popular support with another group holding divergent view).’2 Suatu batasajauh lebih sederhana dan batasan yang dikemukakan oleh Neumann, dikemukakan oleh RH. Soltau. Dalam hal mi Soultau menyatakan:

“Partai politik adalah sekelompok warga Negara yang sedikit banyak
terorganisir, yang bertindak sebagai satu kesatuan politik dan yang dengan
memanfaatkan kekuasaannya untuk memilih bertujuan untuk menguasai
pemerintahan dan melaksanakan kebijakan umum mereka” (a political party is a
group of citizen more or less organized, who act as a political unit and who, bay
the use of their voting power, aim to control the government and carry out their
general politicies). 13

Secara umum dapat dikatakan bahwa partai politik adalah suatu kelompok yang terorganisir yang anggota-anggota mempunyai orientasi nilai-nilai dan citacita yang sama.
Menurut George B Huszr dan Thomas H. Stevenson, partai politik adalah:

“Sekelompok orang-orang yang terorganisir untuk ikut serta
mengendalikan pemerintahan, agar dapat melaksanakan programnya dalam
jabatan” (a political party is a group at people organized to sucure control ‘f
government morder to puts program in to effect and it member in offce).”
Sigmund Neumann dalam karangannya “Modern Political Parties” bahwa definisi
partai adalah:

“Organisasi dan aktivitas-aktivitas politik yang berusaha untuk menguasai
pemerintahan serta merebut dukungan rakyat atas dasar persaingan dengan satu
golongan atau golongan-golongan lain yang mempunyai pandangan yang
berbeda” (a political party terniiculate organization of society as active political
agent those who are conserned with the control of the governmental power and
who compete for popular support with another group holding divergent view).’2
Suatu batasajauh lebih sederhana dan batasan yang dikemukakan oleh Neumann,
dikemukakan oleh RH. Soltau. Dalam hal mi Soultau menyatakan:

“Partai politik adalah sekelompok warga Negara yang sedikit banyak
terorganisir, yang bertindak sebagai satu kesatuan politik dan yang dengan
memanfaatkan kekuasaannya untuk memilih bertujuan untuk menguasai
pemerintahan dan melaksanakan kebijakan umum mereka” (a political party is a
group of citizen more or less organized, who act as a political unit and who, bay
the use of their voting power, aim to control the government and carry out their
general politicies). 13
10

Secara umum dapat dikatakan bahwa partai politik adalah suatu kelompok
yang terorganisir yang anggota-anggota mempunyai orientasi nilai-nilai dan
citacita yang sama.
B. MACAM – MACAM PARTAI POLITIK
Menurut Haryanto, parpol dari segi komposisi dan fungsi keanggotaannya
secara umum dapat dibagi mejadi dua kategori, yaitu:
1. Partai Massa,

dengan ciri utamanya adalah jumlah anggota atau pendukung yang
banyak. Meskipun demikian, parta jenis ini memiliki program walaupun program
tersebut agak kabur dan terlampau umum. Partai jenis ini cenderung menjadi
lemah apabila golongan atau kelompok yang tergabung dalam partai tersebut
mempunyai keinginan untuk melaksanakan kepentingan kelompoknya.
Selanjutnya, jika kepentingan kelompok tersebut tidak terakomodasi, kelompok
ini akan mendirikan partai sendiri;
2. Partai Kader,

kebalikan dari partai massa, partai kader mengandalkan kader-kadernya
untuk loyal. Pendukung partai ini tidak sebanyak partai massa karena memang
tidak mementingkan jumlah, partai kader lebih mementingkan disiplin anggotanya
dan ketaatan dalam berorganisasi. Doktrin dan ideologi partai harus tetap terjamin
kemurniannya. Bagi anggota yang menyeleweng, akan dipecat keanggotaannya.
(Haryanto: dalam buku suntingan Toni Adrianus Pito, Efriza, dan Kemal Fasyah;
Mengenal Teori-Teori Politik. Cetakan I November 2005, Depok. Halaman 567-
568)

Sedangkan tipologi berdasarkan tingkat komitmen partai terhadap
ideologi dan kepentingan, menurut Ichlasul Amal terdapat lima jenis partai politik,
yakni:
1. Partai Proto,

adalah tipe awal partai politik sebelum mencapai tingkat perkembangan
seperti dewasa ini. Ciri yang paling menonjol partai ini adalah pembedaan antara
kelompok anggota atau “ins” dengan non-anggota “outs”. Selebihnya partai ini
belum menunjukkan ciri sebagai partai politik dalam pengertian modern. Karena11
itu sesungguhnya partai ini adalah faksi yang dibentuk berdasarkan
pengelompokkan ideologi masyarakat;
2. Partai Kader,

merupakan perkembangan lebih lanjut dari partai proto. Keanggotaan
partai ini terutama berasal dari golongan kelas menengah ke atas. Akibatnya,
ideologi yang dianut partai ini adalah konservatisme ekstrim atau maksimal
reformis moderat;
3. Partai Massa, muncul saat terjadi perluasan hak pilih rakyat sehingga dianggap
sebagai respon politis dan organisasional bagi perluasan hak-hak pilih serta
pendorong bagi perluasan lebih lanjut hak-hak pilih tersebut. Partai massa
berorientasi pada pendukungnya yang luas, misalnya buruh, petani, dan kelompok
agama, dan memiliki ideologi cukup jelas untuk memobilisasi massa serta
mengembangkan organisasi yang cukup rapi untuk mencapai tujuan-tujuan
ideologisnya;
4. Partai Diktatorial,

sebenarnya merupakan sub tipe dari parti massa, tetapi meliki ideologi
yang lebih kaku dan radikal. Pemimpin tertinggi partai melakukan kontrol yang
sangat ketat terhadap pengurus bawahan maupun anggota partai. Rekrutmen
anggota partai dilakukan secara lebih selektif daripada partai massa;
5. Partai Catch-all,

merupakan gabungan dari partai kader dan partai massa. Istilah Catch-all
pertama kali di kemukakan oleh Otto Kirchheimer untuk memberikan tipologi
pada kecenderungan perubahan karakteristik. Catch-all dapat diartikan sebagai
“menampung kelompok-kelompok sosial sebanyak mungkin untuk dijadikan
anggotanya”. Tujuan utama partai ini adalah memenangkan pemilihan dengan
cara menawarkan program-program dan keuntungan bagi anggotanya sebagai
pengganti ideologi yang kaku
(Ichlasul Amal. Teori-teori Mutakhir Partai Politik Edisi Revisi. Penerbit Tiara
Wacana, Yogyakarta, 1996)
Menurut Peter Schroder, tipologi berdasarkan struktur organisasinya terbagi
menjadi tiga macam yaitu;

1. Partai Para Pemuka Masyarakat, berupa gabungan yang tidak terlalu ketat, yang pada umumnya tidak dipimpin secara sentral ataupun profesional, dan yang pada kesempatan tertentu sebelum pemilihan anggota parlemen mendukung kandidat- kandidat tertentu untuk memperoleh suatu mandat;

2. Partai Massa, sebagai jawaban terhadap tuntutan sosial dalam masyarakat
industrial, maka dibentuklah partai-partai yang besar dengan banyak anggota
dengan tujuan utama mengumpulkan kekuatan yang cukup besar untuk dapat
membuat terobosan dan mempengaruhi pemerintah dan masyarakat, serta
“mempertanyakan kekuasaan”;
3. Partai Kader, partai ini muncul sebagai partai jenis baru dengan berdasar pada12

Lenin. Mereka dapat dikenali berdasarkan organisasinya yang ketat, juga karena
mereka termasuk kader/kelompok orang terlatih yang personilnya terbatas.
Mereka berpegangan pada satu ideologi tertentu, dan terus menerus melakukan
pembaharuan melalui sebuah pembersihan yang berkseninambungan.
C. SISTEM KEPARTAIAN

Sistem kepartaian adalah “pola kompetisi terus-menerus dan bersifat
stabil, yang selalu tampak di setiap proses pemilu tiap negara.” Sistem kepartaian
bergantung pada jenis sistem politik yang ada di dalam suatu negara. Selain itu, ia
juga bergantung pada kemajemukan suku, agama, ekonomi, dan aliran politik
yang ada. Semakin besar derajat perbedaan kepentingan yang ada di negara
tersebut, semakin besar pula jumlah partai politik. Selain itu, sistem-sistem politik
yang telah disebutkan, turut mempengaruhi sistem kepartaian yang ada.

Sistem kepartaian belumlah menjadi seni politik yang mapan. Artinya, tata cara melakukan klasifikasi sistem kepartaian belum disepakati oleh para peneliti ilmu politik. Namun, yang paling mudah dan paling banyak dilakukan peneliti adalah menurut jumlah partai yang berkompetisi dalam sistem politik.
Sistem partai di Negara manapun dalam suatu jangka waktu tertentu memiliki
persamaan – persamaan dan perbedaan - perbedaan sistem yaitu;
1. sistem partai pluralistis
2. sistem partai dominant
13
PENTINGNYA SOSIALISASI POLITIK DALAM PENGEMBANGAN BUDAYA POLITIK
Download this Document for FreePrintMobileCollectionsReport Document
Report this document?

Please tell us reason(s) for reporting this document

Spam or junk

Porn adult content

Hateful or offensive

If you are the copyright owner of this document and want to report it, please follow these directions to submit a copyright infringement notice.

Cancel
This is a private document. Question_small
Info and Rating
Reads:
33,567
Uploaded:
08/18/2009
Category:
School Work>Essays & Theses
Rated:
(2 Ratings)

TUGAS PKN
berkembang dinegara
pemerintah mensosialisasi
dg
dinegara kita
pengertian pentingnya
politik konvensional
(more tags)
berkembang dinegara
pemerintah mensosialisasi
dg
dinegara kita
pengertian pentingnya
politik konvensional
sudah
atau agen
dan peran
sosialisasi pembentukan
pengertian makna
kepartaian di
kesadaran politik

1 komentar:

uchaaii mengatakan...

apa akibat bila seseorang salah berpasrtisipasi budaya politik tersebut ??

Posting Komentar

 

W3C Validations

Cum sociis natoque penatibus et magnis dis parturient montes, nascetur ridiculus mus. Morbi dapibus dolor sit amet metus suscipit iaculis. Quisque at nulla eu elit adipiscing tempor.

Usage Policies